yang satu pergi saat yang lain memberi pergi, bukannya tidak peduli hanya takut, ketakutan yang tak terdefinisi tapi yang lain itu, dia tidak mengerti yang satu ini, terus mengutuki bila yang lain datang menghampirinya tapi bila yang lain itu tidak datang, semakin menjadi saja dia mengutuki. anomali pergi, saat dihampiri. mencari, saat ditinggali. tapi tetap pergi, ketika yang lain itu datang lagi. anomali. yang lain itu, dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi. lalu pergi, berpaling. sebagaimana memang sepantasnya terjadi. tapi yang satu ini, ternyata dia hancur. ditinggalkan oleh yang telah ia kesampingkan. menyesal? entah. untuk yang satu ini, dia seharusnya belajar, belajar membaca hatinya sendiri. membedakan mana yang memang harus ditinggalkan, atau hanyalah ketakutan tak berarti yang harus dihadapi.